Sabtu, 23 Juli 2011

Terlena

Pembaca yang budiman, ada sebuah cerita tentang seekor monyet. Suatu ketika ada seekor monyet yang sedang nongkrong di pucuk pohon kelapa. Dia sedang menikmati buah kelapa di atas sana dan sambil menikmati indahnya pantai di depannya. Hatinya berbunga-bunga memandangi keindahan pantai tersebut, apa lagi tersedia minuman gratis – air kelapa. Tanpa di sadarinya Dia sedang di amati oleh tiga angin besar. Tiga angin ini sangat iri hati padanya, dan ingin membuat Dia celaka.
Ketiga angin itu tak lain adalah Angin Topan, Angin Tornado dan satunya lagi Angin  Bahorok. Ketiga angin ini rupanya sudah mengincar si monyet lama sekali. Mereka lagi berembuk untuk menjatuhkan si monyet, mereka membuat kesepakatan, siapa yang bisa paling cepat menjatuhkan si monyet dari pohon kelapa, dia adalah angin yang terhebat.
Angin Topan teriak, saya cuma perlu waktu 1 menit. Kemudian Angin Tornado tidak mau kalah, saya hanya perlu waktu 45 detik saja, semuanya pasti beres.
Mendengar teriakan para temannya, maka Angin Bahorok senyum lebar, dia pun juga tidak mau kalah dengan teman-temannya, angin bohorok teriak kalau aku cuma butuh waktu 30 detik saja, si monyet sudah pasti jatuh terkapar. Dari kesepakatan para angin ini, maka di mulailah kegiatan untuk menjatuhkan si monyet.
Tampil untuk yang pertama kali adalah Angin  TOPAN, dia memulai action, meniup sekenceng-kencengnya, Wuuusss. Sampai lokasi setempat berantakan.
Merasa ada angin besar datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa dengan eratnya. Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, si monyet tidak jatuh juga, lalu angin topan  pun nyerah.
Giliran kedua adalah Angin TORNADO. Wuuusss. Wuuusss. Dia meniup sekenceng-kencengnya. Beberapa menit kemudian si monyet juga tidak terjatuh dari tempatnya. Akhirnya  Angin Tornado nyerah.
Belum sempat si monyet menarik nafas lega, tiba-tiba muncul angin yang lain, dia lah si Angin BAHOROK. Jauh lebih kencang lagi angin bohorok meniup, lebih kuat dari pada kedua rekan-rekannya. Wuuuss. Wuuuss.
Wuuuss. Wuuuss. Begitu angin bohorok mulai beraksi dengan tiupannya yang jauh lebih kencang, si monyet tidak kalah kuatnya memeluk pohon kelapa, lebih kencang pegangannya. Beberapa saat kemudian angin bohorok mulai kecapaian, namun si monyet masih saja tetap berada di tempatnya - di pucuk pohon kelapa.
Akhirnya ketiga angin besar ini menyerah, mereka mengakui bahwa mereka kalah, lalu ketiganya pergi dan merasa malu .. !.
Para angin besar ini mengakui kalau si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya
tahannya luar biasa.
Ketika para angin besar sudah pergi meninggalkan si monyet, kemudian datanglah angin Sepoi-Sepoi – angin ini memang tidak sekuat dan kencang ketiga angin sebelumnya. Dia bilang dalam hatinya mau mencoba kekuatannya walaupun dia sadar bahwa dia tidak setangguh ketiga angin sebelumnya. Dari kejauhan ketiga angin besar itu mentertawakan upaya yang di lakukan oleh angin sepoi-sepoi ini.
Mereka bertiga ngomong, yang besar saja seperti kami tidak bisa, apalagi
kamu yang kecil. Mana sanggup…. sambil ngeloyor menjauh.
Angin SEPOI-SEPOI dengan keyakinan yang penuh dan tanpa basa-basi langsung meniup ke ubun-ubun si monyet. Shee…t , shee…t, shee…t.
Dengan beberapa kali tiupan, si monyet mulai merasa nyaman, adem silir-silir, enak tenan. Si monyet mulai terdiam menikmati enaknya tiupan angin sepoi-sepoi. Kelopak matanya si monyet mulai menyempit - Riyep-riyep. Tak lama kemudian dia ketiduran. Maka lepas pegangannya, lalu terjatuh tersungkur di tepi pantai.

Pembaca yang budiman, kisah ini melukiskan sesungguhnya Kenikmatan dan Kesenangan tidak selamanya dapat membuat diri kita bahagia. Mungkin saja kenikmatan hari ini yang kita rasakan, besok akan menjadi penderitaan bagi diri kita. Oleh karena itu, kita jangan sampai terlena dengan semua kenikmatan dan kesenangan. Kalau kita bisa menikmati kesenangan hari ini bersyukurlah, tetapi janganlah melekat padanya. Karena kemelekatan atau kecanduan itulah yang nantinya bisa menjadi penderitan bagi diri kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar