Sabtu, 23 Juli 2011

Menjadi Saluran

Pembaca yang budiman, Anda tentu tahu bahwa kondisi jalanan di Jakarta sangat sibuk, macet dan udaranya sangat panas. Ribuan atau mungkin jutaan kendaraan saling  berdesak-desakan di jalaan. Dan apa yang terjadi dalam kondisi seperti ini ? stess, kemarahan, kejengkelan, semuanya bercampur menjadi satu. Para pengguna jalan sudah pasti tidak mau mempedulikan orang lain. Mereka mau dapat jalan lebih dahulu.
Ada sebuah kisah yang menarik tentang kota jakarta ini, seseorang mengunjungi Jakarta dan naik taksi bersama dengan seorang teman nya, melewati jalan-jalan yang penuh sesak dibawah teriknya matahari. Singkat cerita setelah mereka sampai pada tujuan dan turun dari taksi, mereka berkata kepada sang sopir taksi itu , “ Terima kasih untuk tumpangannya. Anda telah melakukan pekerjaan yang hebat dalam mengemudi “.
Sopir taksi tertenggun dan sedikit agak bingung mendengar ucapan ini, memang tidak biasanya para penumpang mengucapkan kata-kata ini, lalu sang sopir menimpali “ apa maksud anda, memuji atau mengejek  ! “
Orang itu menjawab, Bang.., saya tidak mengejek anda, saya mengagumi sikap anda yang tetap tenang dalam situasi jalan yang ramai dan berjubel.
Ooh .., balas sang sopir, dan lalu ia tancap gas meninggalkan si penumpang itu.
Mungkin anda heran mengapa orang itu mengucapkan kalimat tersebut dan inilah jawaban atas tindakan orang itu :
Rupanya mereka sedang berusaha mengembalikan rasa cinta di kota ini. mereka bilang bahwa mereka yakin itulah cara yang bisa menyelamatkan kota ini.
Bagaimana mungkin mereka bisa menyelamatkan kota ini hanya dengan mengucapkan kalimat itu. ? mungkin anda bertanya seperti ini. Mereka yakin mereka telah membuat hati sopir itu senang dan bergembira. Coba anda bayangkan, bila hari ini si sopir taksi itu melayani 25 penumpang. Dia akan bersikap manis kepada 25 orang penumpang yang dia layani karena ada seseorang bersikap manis kepadanya. Para penumpang ini pada gilirannya akan bersikap baik kepada karyawan atau penjaga toko atau pelayan restoran atau bahkan keluarganya sendiri. Mereka selanjutnya akan lebih manis kepada orang lain. Akhirnya itikat baik ini akan meluas paling sedikit kepada seribu orang. Nah itu tidak buruk , bukan ?
Mereka menyadari bahwa cara yang di lakukan dengan memberi pujian kepada sopir taksi itu, tidak serta merta membawa perubahan besar, tetapi paling tidak niat baik ini akan mengenai sasaran, walaupun jumlahnya sedikit, suatu saat akan membesar.
Jika saat ini anda bertemu dengan lima orang dan melakukan perbuatan baik, misalkan memberikan pujian, dan kelima orang ini juga bertemu lagi dengan lima orang lain dan memberikan sikap manis yang sama, dan orang yang mereka jumpai juga meneruskan lagi kepada orang lain, coba anda bayangkan berapa banyak orang yang akan mengalami sikap manis pada hari ini, akibat dari sikap anda yang manis itu.
Pembaca yang budiman, kita sebetulnya mampu berbuat manis kepada siapa saja, namun kemampuan ini tertahan karena sikap kita sendiri. Kita suka membeda-beda kan orang sehingga timbul rasa keengganan. Agar kita mampu untuk bersikap manis kepada setiap orang, di butuhkan kesadaran, kita harus sadar bahwa sesungguhnya kita hanyalah saluran berkat Tuhan. Sikap manis itu adalah berkat, dan berkat ini sudah selayaknya kita salurkan lagi kepada orang-orang di sekeliling kita agar mereka juga bisa merasakan dan menikmati berkat itu. Kalau ada keinginan untuk menyalurkannya, pasti kita mampu melakukannya . Dan ingatlah apapun yang anda berikan, pada akhirnya akan kembali lagi kepada anda. Jangan menahan kebaikan selagi anda mampu melakukannya. Jadilah, saluran yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar