Senin, 01 Agustus 2011

Kado Yang Indah

Cinta itu bukan hanya sekedar romantisme belaka, arti yang lebih dalam dari cinta adalah menghargai kehidupan seseorang. Jika anda merasa mencintai seseorang atau keluarga anda, anda harus rela meluangkan waktu untuk memberikan penghargaan kepada mereka. Apa yang bisa di berikan untuk mengungkapkan rasa cinta ini ?

1.      Kehadiran

Kehadian anda jauh lebih penting dari apapun. Kehadiran ini mempunyai nilai yang tak terhingga. Ketika anda berada di sampingnya, anda dan dia dapat saling berbagi perasaan, berbagi perhatian dan berbagi kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Jadikan kehadiran anda sebagai pembawa kebahagiaan.

2.      Mendengarkan

Kebanyakan orang lebih suka di dengarkan dari pada mendengarkan. Curahkan perhatian anda pada ucapannya, pastikan anda bisa menangkap utuh apa yang di sampaikan. Tataplah wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskan pembicaraannya, ini akan memudahkan anda untuk memberikan tanggapan yang tepat, ini tentu sangat menyenangkan bagi nya.

3.      Diam

Jangan suka mengkritik, mengomel dan menyalahkan, ketika menyaksikan hal-hal yang tidak anda sukai. Lebih baik diam, bila anda bisa, lakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan.

4.      Kebebasan

Mencintai seseorang bukan berarti mengatur dan membelenggu kehidupan orang yang kita cintai. Cinta itu artinya menghargai kehidupan seseorang. Jadi, berikan kebebasan. Kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan adalah memberikan ruang untuk menjadi dirinya sendiri apa adanya, serta memberikan kepercayaan untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan dan lakukan.

5.      Keindahan

Hadirkan suasana, damai, gembira, ceria dan suasana yang indah di dalam rumah anda. Ini merupakan energi positif yang akan membawa suasana bahagia di dalam rumah anda.

6.      Tanggapan positif
Tanpa kita sadari, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap, ucapan, dan tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya. berusahalah untuk memberikan respons-respons positif atas sikap dan perilaku orang yang kita cintai. Respons yang positif ini akan mengubah kesadarannya, dan selanjutnya akan mengubah sikap dan perilakunya.

7.      Kesediaan mengalah

Untuk menghindari pertengkaran, kembangkanlah “ sikap mengalah “. Pertengkaran tidak akan pernah memberikan kebaikan bagi siapa saja. Jika anda rela untuk mengalah, anda pasti dapat mendinginkan emosi-emosi yang sedang mendidih. Serta dapat membawa kembali suasana senang dan damai.

8.      Senyuman

Senyuman adalah berkat dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Senyuman yang tulus, bisa mencairkan hubungan yang beku, memberi semangat dalam keputus-asaan, mencerahkan suasana yang muram, bahkan bisa menjadi obat penenang bagi jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia di sekeliling kita. Berikan senyuman manis pada orang yang anda cintai.

Pembaca yang budiman, memberi kado yang indah bagi orang yang kita cintai tidak harus memberikan barang-barang mewah, seperti cincin berlian, handphone dan lain sebagainya. Kita bisa memberikan kado yang sederhana tetapi bisa memberikan makna yang mendalam, dan kado itu adalah ke delapan sikap dan tindakan ini. Bahkan ini akan lebih indah dari pada harta benda.

Sabtu, 23 Juli 2011

Sopir Taksi

Suatu siang yang udaranya sangat panas, karena sinar matahari begitu terik. Saya menumpang sebuah taxi dan menuju ke sebuah plaza di Jakara. Sopir taksi ini mengendarai taksinya dengan benar dan melaju pada jalur yang benar, tetapi tiba-tiba sebuah mobil box berwarna merah melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan taksi kami. Supir taksi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.
Pengemudi mobil box tersebut mengeluarkan kepalanya dan marah-marah dengan muka yang seram ke arah kami. Supir taksi tetap tenang dan hanya tersenyum serta melambai tangan kepada sopir mobil box tersebut.  Saya sangat heran dengan sikapnya yang tenang dan bersahabat itu.

Karena heran, lalu Saya bertanya, " Mengapa anda santai dan tenang-tenang saja ? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit! ".
dan jawaban sang sopir ini enteng saja :  Ia mengatakan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling kota memungut dan membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kejengkelan, dan kekecewaan, yang di sebabkan oleh beban hidup yang berat. Bila muatannya sudah begitu penuh sesak, mereka tidak sanggup menampung lagi, dan akhirnya mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, atau membutuhkan tempat untuk melampiaskan kemarahannya, kekecewaannya kepada orang lain, terutama orang yang sedang berada di sekelilingnya, termasuk kepada anda jika anda begitu dekat jaraknya dengan dia. Sedikit masalah yang tidak penting sudah cukup bagi mereka untuk melampiaskan emosinya yang sedang mendidih itu. Sebaiknya, jangan ambil hati akan kejadian itu, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup anda. Bila kita memberikan respon, mereka semakin menjadi-jadi, mereka semakin mendapatkan tempat untuk menyalurkan emosi-emosi kemarahan dan kejengkelan itu. Jadi untuk apa di layani.

Demikian juga, sebaiknya tidak mengambil sampah mereka lalu melemparkan lagi kepada orang lain yang kita temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan. Karena dapat menimbulkan masalah baru dalam hidup kita, yang membuat hidup kita tidak nyaman.
 
Pada dasarnya, orang yang bahagia, adalah orang yang tidak membiarkan " sampah- sampah itu " mengambil alih atau membajak hari-hari kita dan merusak suasana hati kita. Kita perlu menjaga ketenangan dan kedamaian kita sendiri, karena inilah yang jauh lebih penting.

Pembaca yang budiman, menjaga ketenangan dan kedamaian hati kita sendiri adalah suatu hal yang esensial, jangan membiarkan suasana hati kita di bajak oleh rasa frustrasi, kemarahan, kejengkelan, kekecewaan dan ketidak-puasan, karena itu semua akan menjadi sumber masalah dalam hidup kita. Jika kita mampu menghadirkan ketenangan dan kedamaian ini, pikiran dan hati kita semakin jernih. Dengan semakin jernihnya hati dan pikiran kita, kita akan lebih mampu untuk merespons beban-beban hidup yang berat ini. di dalam hidup ini selalu ada masalah, entah besar atau kecil, semuanya datang silih berganti, jika kita memiliki kemampuan yang memadai dalam menghadapi masalah ini, tentu kita akan menemukan kebebasan dan kebahagiaan.
Jadi bebaskan diri anda dari semua belenggu yang membebani hidup anda, jangan menimbun sampah – rasa frustrasi, kejengkelan, kekecewaan dan kemarahan -  di dalam batin anda, lepaskan dan bersihkan, agar anda selalu damai.

Jembatan

 
Alkisah, Di sebuah desa, hidup dua orang kakak beradik yang sangat rukun. Tetapi entah karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah kali pertama mereka bertengkar  demikian hebatnya. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.

Dimulai  dari  kesalah-pahaman  yang  sepele  saja.  Kemudian berubah menjadi perbedaan  pendapat  yang  besar. Dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa  minggu  sudah  berlalu,  mereka  saling  berdiam  diri  tak bertegur-sapa. Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak. Di  depan  pintu berdiri  seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. Maaf  tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan , kata pria itu dengan ramah. Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan. Oh ya ! jawab sang kakak.
Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau  lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah  tetanggaku.
Minggu  lalu  ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan Airnya ke tengah  padang  rumput  itu  sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali  ia  melakukan  itu  untuk mengejekku, Tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku Sehingga  aku  tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin     melupakannya.
Kata  tukang  kayu, Saya mengerti. Belikan saya paku dan kebutuhan lainnya. Akan saya  kerjakan  sesuatu  yang bisa membuat tuan merasa senang.
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai Kebutuhan yang di perlukan si tukang kayu.
Sepanjang beberapa hari itu, tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Beberapa hari kemudian, ketika sang kakak petani itu melihat hasil kerjaan si tukang kayu, Ia baru Saja  menyelesaikan pekerjaannya.  
Betapa  terkejutnya  ia  begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana  yang  dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan Melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang Pertanian adiknya.  Jembatan  itu begitu indah yang tertata rapi.
Dari  seberang  sana,  terlihat  sang  adik bergegas berjalan menaiki Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
Kakakku,  kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku  telah  menyakiti hatimu. Maafkan aku ! kata sang adik pada kakaknya. Dua bersaudara  itu  pun  bertemu  di tengah-tengah jembatan, Saling berjabat  tangan  dan berpelukan.  
Pembaca yang budiman, kadang kala seseorang bisa membuat suatu kesalahan yang mungkin tidak di sengaja, tetapi persepsi kita mungkin menganggap itu sebagai suatu pelawanan, hinaan, atau sikap memusuhi. Inilah ego di dalam diri kita. Ego suka mencari kesalahan, menghakimi dan curiga, dengan begitu membuat emosi kita menjadi mendidih., yang berakhir dengan permusuhan.
Hati kita adalah sebuah jembatan. Kesadaran akan rasa kasih itulah yang mampu mengembalikan permusuhan menjadi keakraban. Dan memaafkan merupakan bentuk ekspresi dari rasa kasih itu. Jadi, maafkanlah orang-orang yang berbuat salah kepada anda.

Menjadi Saluran

Pembaca yang budiman, Anda tentu tahu bahwa kondisi jalanan di Jakarta sangat sibuk, macet dan udaranya sangat panas. Ribuan atau mungkin jutaan kendaraan saling  berdesak-desakan di jalaan. Dan apa yang terjadi dalam kondisi seperti ini ? stess, kemarahan, kejengkelan, semuanya bercampur menjadi satu. Para pengguna jalan sudah pasti tidak mau mempedulikan orang lain. Mereka mau dapat jalan lebih dahulu.
Ada sebuah kisah yang menarik tentang kota jakarta ini, seseorang mengunjungi Jakarta dan naik taksi bersama dengan seorang teman nya, melewati jalan-jalan yang penuh sesak dibawah teriknya matahari. Singkat cerita setelah mereka sampai pada tujuan dan turun dari taksi, mereka berkata kepada sang sopir taksi itu , “ Terima kasih untuk tumpangannya. Anda telah melakukan pekerjaan yang hebat dalam mengemudi “.
Sopir taksi tertenggun dan sedikit agak bingung mendengar ucapan ini, memang tidak biasanya para penumpang mengucapkan kata-kata ini, lalu sang sopir menimpali “ apa maksud anda, memuji atau mengejek  ! “
Orang itu menjawab, Bang.., saya tidak mengejek anda, saya mengagumi sikap anda yang tetap tenang dalam situasi jalan yang ramai dan berjubel.
Ooh .., balas sang sopir, dan lalu ia tancap gas meninggalkan si penumpang itu.
Mungkin anda heran mengapa orang itu mengucapkan kalimat tersebut dan inilah jawaban atas tindakan orang itu :
Rupanya mereka sedang berusaha mengembalikan rasa cinta di kota ini. mereka bilang bahwa mereka yakin itulah cara yang bisa menyelamatkan kota ini.
Bagaimana mungkin mereka bisa menyelamatkan kota ini hanya dengan mengucapkan kalimat itu. ? mungkin anda bertanya seperti ini. Mereka yakin mereka telah membuat hati sopir itu senang dan bergembira. Coba anda bayangkan, bila hari ini si sopir taksi itu melayani 25 penumpang. Dia akan bersikap manis kepada 25 orang penumpang yang dia layani karena ada seseorang bersikap manis kepadanya. Para penumpang ini pada gilirannya akan bersikap baik kepada karyawan atau penjaga toko atau pelayan restoran atau bahkan keluarganya sendiri. Mereka selanjutnya akan lebih manis kepada orang lain. Akhirnya itikat baik ini akan meluas paling sedikit kepada seribu orang. Nah itu tidak buruk , bukan ?
Mereka menyadari bahwa cara yang di lakukan dengan memberi pujian kepada sopir taksi itu, tidak serta merta membawa perubahan besar, tetapi paling tidak niat baik ini akan mengenai sasaran, walaupun jumlahnya sedikit, suatu saat akan membesar.
Jika saat ini anda bertemu dengan lima orang dan melakukan perbuatan baik, misalkan memberikan pujian, dan kelima orang ini juga bertemu lagi dengan lima orang lain dan memberikan sikap manis yang sama, dan orang yang mereka jumpai juga meneruskan lagi kepada orang lain, coba anda bayangkan berapa banyak orang yang akan mengalami sikap manis pada hari ini, akibat dari sikap anda yang manis itu.
Pembaca yang budiman, kita sebetulnya mampu berbuat manis kepada siapa saja, namun kemampuan ini tertahan karena sikap kita sendiri. Kita suka membeda-beda kan orang sehingga timbul rasa keengganan. Agar kita mampu untuk bersikap manis kepada setiap orang, di butuhkan kesadaran, kita harus sadar bahwa sesungguhnya kita hanyalah saluran berkat Tuhan. Sikap manis itu adalah berkat, dan berkat ini sudah selayaknya kita salurkan lagi kepada orang-orang di sekeliling kita agar mereka juga bisa merasakan dan menikmati berkat itu. Kalau ada keinginan untuk menyalurkannya, pasti kita mampu melakukannya . Dan ingatlah apapun yang anda berikan, pada akhirnya akan kembali lagi kepada anda. Jangan menahan kebaikan selagi anda mampu melakukannya. Jadilah, saluran yang baik.

Terlena

Pembaca yang budiman, ada sebuah cerita tentang seekor monyet. Suatu ketika ada seekor monyet yang sedang nongkrong di pucuk pohon kelapa. Dia sedang menikmati buah kelapa di atas sana dan sambil menikmati indahnya pantai di depannya. Hatinya berbunga-bunga memandangi keindahan pantai tersebut, apa lagi tersedia minuman gratis – air kelapa. Tanpa di sadarinya Dia sedang di amati oleh tiga angin besar. Tiga angin ini sangat iri hati padanya, dan ingin membuat Dia celaka.
Ketiga angin itu tak lain adalah Angin Topan, Angin Tornado dan satunya lagi Angin  Bahorok. Ketiga angin ini rupanya sudah mengincar si monyet lama sekali. Mereka lagi berembuk untuk menjatuhkan si monyet, mereka membuat kesepakatan, siapa yang bisa paling cepat menjatuhkan si monyet dari pohon kelapa, dia adalah angin yang terhebat.
Angin Topan teriak, saya cuma perlu waktu 1 menit. Kemudian Angin Tornado tidak mau kalah, saya hanya perlu waktu 45 detik saja, semuanya pasti beres.
Mendengar teriakan para temannya, maka Angin Bahorok senyum lebar, dia pun juga tidak mau kalah dengan teman-temannya, angin bohorok teriak kalau aku cuma butuh waktu 30 detik saja, si monyet sudah pasti jatuh terkapar. Dari kesepakatan para angin ini, maka di mulailah kegiatan untuk menjatuhkan si monyet.
Tampil untuk yang pertama kali adalah Angin  TOPAN, dia memulai action, meniup sekenceng-kencengnya, Wuuusss. Sampai lokasi setempat berantakan.
Merasa ada angin besar datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa dengan eratnya. Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, si monyet tidak jatuh juga, lalu angin topan  pun nyerah.
Giliran kedua adalah Angin TORNADO. Wuuusss. Wuuusss. Dia meniup sekenceng-kencengnya. Beberapa menit kemudian si monyet juga tidak terjatuh dari tempatnya. Akhirnya  Angin Tornado nyerah.
Belum sempat si monyet menarik nafas lega, tiba-tiba muncul angin yang lain, dia lah si Angin BAHOROK. Jauh lebih kencang lagi angin bohorok meniup, lebih kuat dari pada kedua rekan-rekannya. Wuuuss. Wuuuss.
Wuuuss. Wuuuss. Begitu angin bohorok mulai beraksi dengan tiupannya yang jauh lebih kencang, si monyet tidak kalah kuatnya memeluk pohon kelapa, lebih kencang pegangannya. Beberapa saat kemudian angin bohorok mulai kecapaian, namun si monyet masih saja tetap berada di tempatnya - di pucuk pohon kelapa.
Akhirnya ketiga angin besar ini menyerah, mereka mengakui bahwa mereka kalah, lalu ketiganya pergi dan merasa malu .. !.
Para angin besar ini mengakui kalau si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya
tahannya luar biasa.
Ketika para angin besar sudah pergi meninggalkan si monyet, kemudian datanglah angin Sepoi-Sepoi – angin ini memang tidak sekuat dan kencang ketiga angin sebelumnya. Dia bilang dalam hatinya mau mencoba kekuatannya walaupun dia sadar bahwa dia tidak setangguh ketiga angin sebelumnya. Dari kejauhan ketiga angin besar itu mentertawakan upaya yang di lakukan oleh angin sepoi-sepoi ini.
Mereka bertiga ngomong, yang besar saja seperti kami tidak bisa, apalagi
kamu yang kecil. Mana sanggup…. sambil ngeloyor menjauh.
Angin SEPOI-SEPOI dengan keyakinan yang penuh dan tanpa basa-basi langsung meniup ke ubun-ubun si monyet. Shee…t , shee…t, shee…t.
Dengan beberapa kali tiupan, si monyet mulai merasa nyaman, adem silir-silir, enak tenan. Si monyet mulai terdiam menikmati enaknya tiupan angin sepoi-sepoi. Kelopak matanya si monyet mulai menyempit - Riyep-riyep. Tak lama kemudian dia ketiduran. Maka lepas pegangannya, lalu terjatuh tersungkur di tepi pantai.

Pembaca yang budiman, kisah ini melukiskan sesungguhnya Kenikmatan dan Kesenangan tidak selamanya dapat membuat diri kita bahagia. Mungkin saja kenikmatan hari ini yang kita rasakan, besok akan menjadi penderitaan bagi diri kita. Oleh karena itu, kita jangan sampai terlena dengan semua kenikmatan dan kesenangan. Kalau kita bisa menikmati kesenangan hari ini bersyukurlah, tetapi janganlah melekat padanya. Karena kemelekatan atau kecanduan itulah yang nantinya bisa menjadi penderitan bagi diri kita.


Minggu, 03 Juli 2011

Berpikiran Positif pada Pekerjaan

Sesungguhnya pekerjaan itu tidak membutuhkan kita, sebaliknya kitalah yang membutuhkan pekerjaan. Mengapa demikian ? kita butuh untuk merasakan kebahagiaan, dan salah satu cara untuk merasakan kebahagiaan itu bisa melalui pekerjaan kita. Anda bisa melakukan eksprerimen dengan diri anda sendiri, coba anda tidak bekerja selama sebulan saja, dengan nganggur selama sebulan, tentu perasaan negatif akan muncul, dan kebahagiaan itu menghilang. Dengan bekerja kita bisa mengekspresikan diri semaksimal mungkin, menyalurkan bakat kemampuan dan potensi diri yang kita miliki. Dengan menyalurkan semuanya ini, kita akan menemukan kepuasan diri, apalagi bila pekerjaan kita bisa memuaskan orang lain, tentu suatu perasaan gembira itu akan muncul. Dari situlah rasa percaya diri dan semangat mulai menguat di dalam diri kita.
Jika kita bekerja dengan penuh konsentrasi dan menghasilkan suatu karya yang baik, tentu perasaan puas ini akan lebih kuat lagi. Kita akan semakin bangga kepada diri kita sendiri.

Pekerjaan adalah sebuah panggung tempat kita untuk menampilkan diri, seperti seorang penyanyi, ketika dia berada di atas panggung, dia akan menggunakan panggung se optimal mungkin untuk melakukan gerakan-gerakan yang ingin di tampilkan. Kita pun dalam pekerjaan kita, kita juga harus memaksimalkan gerakan-gerakan kita, sama seperti diatas panggung. Ekspresikan diri kita semaksimal mungkin di atas panggung itu, dengan begitu ekspresi kita akan di perhatikan oleh penonton, yaitu dalam hal ini adalah para pengguna dari hasil karya anda. misalkan atasan, teman sekerja atau pelanggan-pelanggan perusahaan.

Untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan kita, tidak ada jalan lain kecuali kita harus berpikiran positif pada pekerjaan yang sedang kita kerjakan. Dengan berpikir positif terhadap pekerjaan itu, maka muncullah rasa cinta terhadap pekerjaan. Rasa cinta ini adalah energi pendorong yang kuat, yang memampukan setiap orang untuk berhasil dalam pekerjaannya.
Bila kita tidak mencintai pekerjaan yang sedang kita kerjakan, tentu kita akan mengerjakan pekerjaan itu dengan setengah hati, kurang bersemangat dan tidak kreatif. Jika ini yang kita hadapi, sudah dapat di pastikan kualitas dari hasil karya kita akan sangat rendah sekali mutunya. Sebaliknya bila kita mencintai pekerjaan kita, kita akan bersemangat, tekun, ulet dan bekerja dengan penuh konsentrasi, dan pada akhirnya kualitas yang baik dapat muncul dari sini.

Keberhasilan kita dalam pekerjaan di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini :

1.      Cintailah pekerjaan anda – Happy
Untuk bisa mencintai pekerjaan, terlebih dahulu kita harus menilai positif terhdap pekerjaan itu, dari pengertian atas pentingnya pekerjaa itu, barulah muncul rasa cinta kita pada pekerjaan. Lalu berbahagialah dengan pekerjaan itu, nikmati setiap moment ketika kita sedang bekerja.

2.      Bekerjalah secara totalitas
Bekerjalah secara totalitas, dalam hal ini menyangkut ketulusan anda terhdap pekerjaan itu, tetapi hal ini bisa tercapai jika sebelumnya kita sudah terlebih dahulu mencintai pekerjaan itu, tanpa rasa cinta kepada pekerjaan, tidak mungkin kita bekerja secara totalitas.

3.      Bekerjalah dengan konsentrasi penuh
Kualitas kerja yang baik, hanya bisa di hasilkan bila kita bekerja dengan konsentrasi penuh. Konsentrasi ini terjadi ketika kita bekerja dan hadir secara utuh, dimana pikiran, emosi dan tindakan kita selaras pada saat bekerja.

4.      Kembangkan keunggulan diri – Kompetensi / Keahlian.
Untuk mendukung keberhasilan dalam bekerja, kita perlu memiliki suatu kompetensi yang memadai, bila perlu unggul. Dengan begitu kita akan dengan mudah mengerjakan pekerjaan kita.

5.      Bekerjalah melampaui imbalan yang anda terima
Orang yang selalu memperhitungkan jumlah imbalan dengan kontribusi yang di berikan, adalah orang yang sesungguhnya kurang tulus terhadap pekerjaannya, orang-orang seperti ini, kurang memiliki rasa cinta terhadap pekerjaannya. Imbalan menjadi faktor penghalang untuk mengekspresikan diri secara penuh. Rasa cinta selalu mengandung ketulusan dan keinginan untuk terus memberi, ketiadaan cinta, membuat orang lebih mementingkan diri sendiri – egois.

6.      Jangan suka mengeluh dan menolak pekerjaan
Terimalah pekerjaan yang menjadi tugas kita. Bila suatu saat ada permintaan untuk mengerjakan sesuatu di luar job kita, jangan menolak, terima saja, karena itu adalah kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kemampuan diri kita. Mengeluh dan menolak sesungguhnya adalah melepaskan kesempatan baik yang datang kepada kita.

7.      Siap jika di butuhkan
Persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya, karena akan ada tugas yang sifatnya tiba-tiba, dimana secara tiba-tiba kita di minta untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Jika kita memiliki waktu luang, gunakan waktu luang itu untuk belajar apa saja yang bermanfaat untuk pekerjaan kita, karena kesempatan itu biasanya akan datang secara tiba-tiba, dan jika siap, maka kita bisa menangkap kesempatan itu.

8.      Jujur
Jujur adalah suatu nilai yang penting dalam setiap pekerjaan. Jika seseorang tidak jujur, maka pekerjaan itu bisa di selewengkan. Hanya di tangan orang-orang yang jujur lah, akan membuahkan suatu hasil yang baik, dan bermanfaat bagi banyak orang.

Apapun pekerjaan kita, semuanya baik adanya, cara pandang kita tehadap pekerjaan itu menentukan sikap kita terhadap pekerjan beserta hasil-hasilnya. Berpikirlah selalu positif terhdapa pekerjaan.




Berpikir Positif pada Orang Lain

Di sebuah desa di pinggiran hutan, ada tiga anak muda yang pekerjaan sehari-harinya mencari kayu bakar di hutan. Potongan kayu-kayu kecil yang ada di hutan itu dikumpulkan, lalu di jual ke desa lain, dan hasil penjualannya di pergunakan untuk membeli kebutuhan hidup mereka dan keluarganya.
Suatu ketika mereka bertiga bersama-sama pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, di sebuah semak-semak sewaktu mereka memunggut kayu, disitu terdapat sebuah kotak yang sangat aneh, mereka mendekatinya, lalu membuka kotak itu, dan mereka sangat terkejut, rupanya di dalam kotak itu terdapat begitu banyak perhiasan yang terbuat dari emas. Lalu mereka bertiga berembuk dan keputusannya adalah perhiasan yang mereka temukan itu akan di bagi tiga.
Namun sebelum perhiasan itu di bagi, mereka terlebih dahulu sepakat untuk makan terlebih dahulu, lalu salah seorang yang lebih senior meminta temannya yang lebih yunior untuk mengambil sebatang emas dan pergi ke desa untuk membeli makanan yang paling enak di desa itu. Pemuda yang paling yunior ini menurut, kemudian mengambil sebatang emas dan lalu pergi ke desa untuk membeli makanan.
Ketika pemuda yang yunior ini meninggalkan teman-temannya di semak-semak itu, kedua pemuda yang masih tinggal di semak-semak itu lalu terpikir suatu pikiran negatif. Mereka berdua berencana untuk membunuh teman yang yunior ini agar perhiasan itu bisa mereka bagi hanya berdua saja, dengan begitu masing-masing akan mendapatkan bagian lebih banyak.
Sewaktu pemuda yang berangkat pergi untuk membeli makanan, tiba-tiba dia juga terpikir suatu pikiran negatif, dia berpikir, jika makanan yang saya beli ini saya beri racun, dan mereka berdua makan, mereka pasti akan meninggal, dengan demikian perhiasan itu akan menjadi miliknya. Benar setelah dia membeli makanan, dia lalu mampir ke sebuah kedai yang menjual racun tikus, dan racun ini di taburkan pada makanan itu. Lalu di bawanya kembali ke hutan.
Sesampai pemuda yang yunior ini di di tempat perhiasan itu di temukan, tak di sangka-sangka kedua temannya ini melampiaskan niatnya untuk membunuh, dan pemuda yunior ini lalu meninggal.
Setelah pemuda yunior ini meninggal, mayatnya di singkirkan, di buang di sebuah semak-semak yang lain. Kemudian kedua pemuda ini tertawa puas bahwa niatnya bisa terlaksana. Tetapi sebelum mereka berdua membagi perhiasan yang di temukan itu, mereka sepakat untuk menikmati makanan yang di beli oleh temannya yang yunior ini. karena sangat lapar, mereka menghabiskan makanan itu semuanya. Karena mereka tidak tahu bahwa di dalam makanan itu telah di taburi dengan racun tikus, mereka berdua pada akhirnya juga meninggal karena keracunan.
Akhir cerita, ketiga pemuda ini tewas karena pikiran negatif yang mereka pikirkan.
Pembaca yang budiman, jika kita berpikiran negatif pada seseorang, tentu ada orang lain yang juga akan berpikiran negatif pada diri kita. Inilah hukum timbal-balik, yang tidak kelihatan, tetapi bisa terjadi kapan saja.
Olah karena itu, berpiklah positif terhadap orang lain, agar ada orang lain yang berpikiran positif terhadap diri kita. Jangan mudah untuk menuduh, menghakimi dan menilai seseorang kita mengetahui lebih dekat, lebih baik kebangkan pikiran netral, yaitu lihatlah dahulu, dengarkan, dan kemudian baru memberikan respons. Ini lebih tepat.

Berpikir Positif Pada Diri Sendiri


Mungkin beberapa orang menilai negatif terhadap diri kita, lalu kita terpengaruh dengan penilaian tersebut dan ikut menilai negatif terhadap diri kita sendiri. Selanjutnya kita lebih sering memikirkan ketidak-baikan yang ada di dalam diri kita, karena kita sering memikirkan ketidak-baikan atau kekurangan yang ada pada diri kita sendiri, kita menjadi kurang percaya diri, kecewa dan merasa tidak puas. Lalu kita berubah menjadi orang yang suka takut, cemas dan bahkan suka melampiaskan kekecewaan dan ketidak-puasan itu kepada orang lain dengan cara marah. Kemarahan ini sebetulnya akibat dari rasa sensisitif kita terhadap ketidak-mampuan kita.

Tidak ada yang salah dengan diri kita

Mengapa kita suka menilai negatif pada diri sendiri dan apa yang mendasari penilaian ini ?
Karena ketidak-tahuan kita tentang diri kita, kita cenderung menerima apa yang di katakan oleh orang lain, kita merasa omogan atau penilaian orang lain itu benar.  Mungkin cara kita berpikir, berucap atau bertindak itu sangat berbeda dengan orang lain, maka orang lain akan menilai perbedaan itu sebagai kekeliruan atau kekurangan kita. Tetapi tidaklah demikian adanya. Kita sendiri juga sering merasa takut dengan ucapan seperti ini : “ apa kata orang nantinya “, ini artinya kita takut di nilai negatif oleh orang lain. Dan ketakutan inilah yang membuat kita berprilaku tidak sesuai dengan diri kita sendiri, cenderung di buat-buat untuk menyenangkan orang lain, atau agar bisa di terima oleh orang lain.
Kalau kita mau melihat diri kita secara lebih mendalam, kita akan mengetahui seperti apa diri kita yang sesungguhnya. Tetapi jarang kita mau melihat ke dalam, kita lebih suka melihat keluar.
Tidak ada yang salah tentang diri kita, kecuali cara kita memandang diri sendiri, Tuhan telah menciptakan kita sempurna adanya, dengan di lengkapi berbagai hal yang kita butuhkan untuk menjadi orang yang baik.

Kebenaran Diri Sendiri

Tuhan tidak pernah menciptakan manusia sebagai produk yang gagal, Tuhan menciptakan manusia sama dan serupa dengan Citra-Nya, oleh karena itu di dalam diri kita tersedia berbagai kebaikan yang melimpah. Selain itu Tuhan menciptakan manusia tidak serupa satu dengan yang lainnya, tiap manusia punya perbedaan dan keunikannya masing-masing. Coba kita perhatikan bila di dalam sebuah keranjang buah kentang, tentu tidak ada kentang yang mirip dan sama semuanya, selalu ada perbedaan ukuran, bentuk dan rupanya. Jadi, janganlah kecewa bila ternyata kita ada sedikit perbedaan dengan orang lain.
Untuk mengenali kebenaran ini, masuklah ke dalam diri kita, jelajahi kedalaman hati dan pikiran kita, disitu kita akan menemukan siapa diri kita yang sebenarnya. Berbagai potensi bisa kita temukan di dalam diri kita. Dan bila kita telah menemukan potensi terbaik diri kita, upayakan untuk mengekspresikan keluar sebagai ungkapan siapa diri anda.

Kebebasan dan Kebahagiaan.

Ketika kita menemukan potensi terbesar yang ada di dalam diri sendiri, kita akan berubah menjadi lebih percaya diri dan bersemangat. Disini kita tidak lagi merasa ketakutan, kita akan merasa lebih bebas.
Kebahagiaan muncul saat kita menemukan potensi diri dan bekerja sesuai dengan potensi yang kita miliki ini.
Apa yang kita kerjakan sesuai dengan potensi yang kita miliki, akan memberikan rasa percaya diri, semangat dan ketekunan, dan pada akhirnya segala upaya pengungkapan keluar akan membuahkan hasil yang memuaskan.

Melihat kedalam dalah cara untuk menemukan kebaikan, potensi dan kemampuan yang kita miliki, dengan begitu kita akan bepikir positif terhadap diri sendiri. Sebelum kita menemukan potensi diri, kita akan cenderung berpikir negatif pada diri sendiri, yang mana membuat kita menjadi kurang bahagia, tidak puas dan kecewa.
Jika kita sudah mampu untuk berpikir positif terhadap diri kita sendiri, maka kita akan lebih mudah berpikiran positif pada hal-hal yang lain, jika tidak, kita sulit berpikiran positif.

Ketidak-bahagiaan

Ketidak-bahagiaan terjadi pada diri seseorang di karenakan orang tersebut sedang di kuasai oleh ego dirinya sendiri. Ego diri senantiasa membuat seseorang tidak bahagia yang di tampilkan dalam bentuk Ketidak-puasan, ketidak-cukupan, kekecewaan, kemarahan, perasaan cemburu dan benci. Ego suka mengatakan bahwa “ kamu seharusnya lebih baik dari pada orang lain “ ; “ kamu seharusnya lebih sukses daripada orang lain “ ; “ kamu seharusnya lebih kaya daripada orang lain “. Selain itu ego diri juga suka mengatakan pada dirinya sendiri “ apa kata orang lain kalau kamu seperti ini ? “ , kalimat yang di sampaikan ini, pada akhirnya membuat diri kita menjadi berperilaku menurut pandangan orang lain, yang kebenarannya belum tentu seperti itu. Tetapi kita sudah terlanjur membuat perilaku yang tidak sesuai dengan keinginan diri sendiri. Ini juga menjadi penyebab orang semakin tidak nyaman – menderita, karena harus berprilaku menurut pandangan orang lain, bukan murni karena dirinya sendiri.
Pada dasarnya kita bereaksi terhadap pikiran kita sendiri, ego tahu akan hal ini , oleh karena itu ego suka mengelabuhi pikiran kita, ego mengarang sebuah cerita yang membangkitkan perasaan negatif, emosi negatif adalah energi yang mendorong kita untuk bereaksi, sehingga kita bereaksi sesuai dengan pikiran itu. Setelah kita bereaksi, maka ego akan semakin menyukai, dan dia menang dalam menguasai diri kita.
Ego selalu bertentangan dengan kedamaian dan kebahagiaan, dia suka kalau kita tidak bahagia, karena dengan begitu dia mempunyai kuasa untuk menguasai diri kita. Mengombang-ambingkan kehidupan kita dengan cerita khayalan atau ilusi yang seolah-olah benar menurut pikiran kita, agar kita bereaksi terhadap pikiran itu.
Ketidak bahagiaan itu sebetulnya sangat menyakitkan, tetapi kita sering kali tidak sadar bahwa kita sedang menderita, sebab kita berbuai oleh cerita-cerita khyalan atau ilusi yang di buat oleh ego, memang ego sangat pandai membuat cerita yang seolah-olah benar itu untuk membuat kita semakin tidak sadar diri.
Jika anda mencintai diri anda, tentu anda akan menginginkan kebahagiaan, sebab kebahagiaan itu akan membuat hidup anda semakin sehat , damai, tenang dan sejahtera.
Kunci untuk menemukan kebahagian itu sendiri tentunya kita harus melepaskan diri dari gengaman ego ini, jika tidak, maka kebahagiaan itu sulit untuk di peroleh. Kebahagiaan itu sendiri sebetulnya sudah ada di dalam diri kita, namun karena kita tidak sadar bahwa kita sedang di permainkan oleh ego, maka kebahagiaan itu tertutupi oleh selimut tebal dari khayalan yang di buat oleh ego. Yang akhirnya kita tidak mampu melihat secara jernih ke dalam diri kita sendiri.
Ketika kita mengamati secara mendalam ke dalam diri kita sendiri, kita akan mulai mengetahui seperti apa peran ego di dalam diri kita. Dari situ kita bisa mulai melepaskan diri dari genggaman ego tersebut. Hanya dengan cara seperti ini barulah kita terbebaskan.

Cara menemukan kebahagiaan di dalam diri :
1.      Kita harus mulai mengaktifkan kesadaran diri - kepekaan. Sadari bahwa ketidak bahagiaan itu sangat menyakitkan. Ketidak-bahagiaan itu bisa menimbulkan banyak penyakit di dalam tubuh fisik kita. Ketidak-bahagiaan itu adalah ciptaan ego yang selalu menginginkan diri kita untuk terus mengalami kesakitan.
2.      Ketika kita sudah menyadari semua ini, sekarang mulailah melihat ke dalam. Bila anda merasa tidak bahagia, amati ketidak-bahagiaan itu, rasakan ketidak bahagiaan itu, selanjutnya kita harus menerima keadaan tidak bahagia itu apa adanya, jangan sekali-kali menolak atau melawan atau menyalahkan orang lain. Terima keadaan itu apa adanya. Dengan menerima keadaan itu apa adanya, kita akan merasa mulai lega. Kita akan semakin sadar bahwa selama ini kita sudah di perdaya oleh ego kita sendiri.
3.      Jika kita merasakan suatu perasaan negatif, apapun perasaan negatif itu, jangan mencoba untuk melawannya, amati saja perasaan itu, terima apa adanya dan kemudian temukan apa yang sedang ada di dalam pikiran kita. Kita mempunyai kemampuan untuk mengamati isi pikiran kita, jika kita mau mengatifkan kesadaran kita.
4.      Setelah kita menemukan apa yang sedang kita pikirkan, yang kita temukan saat kita mengamati perasaan kita, maka langkah selanjutnya ubahlah pikiran kita. Pikirkan sesuatu yang anda ingin pikirkan, tetapi pikirkanlah sesuatu yang positif dan baik untuk diri anda. Ketika kita mengubah pikiran itu, secara tiba-tiba perasaan kita akan mulai membaik.
5.      Ketika kita mengamati perasaan negatif dan mulai mencari apa yang sedang terjadi di dalam pikiran kita – aktivitas yang sedang terjadi di dalam pikiran, maka ego itu akan kehilangan kekuasaannya, ego akan runtuh. Kita tidak di kuasai lagi oleh ego. Kita menjadi terbebaskan. Perasaan baik akan muncul – bahagia.
6.      Bila kita sudah terampil dalam mengamati perasaan dan melihat isi pikiran kita, terus tingkatkan kemampuan itu, dan yang lebih penting tingkatkan Kesadaran diri – Kepekaan. Begitu kita mulai merasa tidak nyaman – perasaan negatif muncul, kita harus sudah mulai sadar – dengan segera mulai mengamati perasaan itu. Tujuannya agar perasaan itu tidak membangkitkan kekuatan ego lagi, agar ego tidak hadir.
7.      Pelita hati – Cahaya kesadaran, terus-menerus menerangi pikiran kita agar pikiran kita tidak dalam kondisi kegelapan. Dengan membangkitkan Kesadaran – kepekaan, sebetulnya kita sedang menyalakan Pelita Hati – Cahaya Kesadaran. Kita perlu mengaktifkan Kesadaran kita setiap saat agar kita peka untuk melihat dan merasakan aktivitas pikiran dan emosi kita, sehingga pikiran dan emosi kita tidak di kuasai oleh ego diri.

Semoga semua orang mampu menyalakan Cahaya Kesadaran – Pelita Hati di dalam dirinya, semoga semua orang berbahagia.



Kebiasaan

Manusia adalah makhluk Kebiasaan. Kebiasaan ini menjadi bagian dari diri setiap orang. Kebiasaan-kebiasaan ini beroperasi secara otomatis dan tanpa kita sadari. Jika kita memiliki suatu kebiasaan yang baik dan secara otomatis beroperasi di dalam diri kita, ini sangat baik dan menguntungkan. Tetapi bila suatu kebiasaan buruk berkerja secara otomatis, ini sangat merugikan bagi diri sendiri. Sukses atau tidaknya seseorang dalam kehidupannya, sangat di pengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan ini, maksudnya bila kita mempunyai suatu sasaran, tetapi kebiasaan-kebiasaan kita bertentangan dengan sasaran itu, tentu kita akan sulit meraih sasaran itu. Sebagai contoh misalkan kita mempunyai kebiasaan malas dan suka menunda-nunda pekerjaan. Jika kebiasaan ini sangat menguasai diri kita, kita akan malas untuk melakukan tindakan-tindakan yang di butuhkan untuk mencapai sasaran itu. Kita akan cenderung untuk menunda-nunda apa yang seharusnya di kerjakan. Untuk itu kebiasaan buruk ini – malas dan menunda-nunda – seharusnya di ubah. Dengan mengubah kebiasaan buruk itu, kita akan termotivasi untuk melakukan tindakan-tindakan penting yang di butuhkan. kebiasaan malas dan menunda-nunda ini harus kita ubah menjadi semangat, disiplin, dan ketekunan.

Semua kebiasaan berawal dari pikiran, jika kita sering memikirkan sesuatu, maka apa yang kita pikirkan akan berubah menjadi sebuah tindakan. Suatu tindakan yang terus-menerus kita ulang-ulang, pada akhirnya akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan bila telah menjadi kebiasaan, dia akan berubah menjadi sikap mental dan karakter kita.
Misalkan pada hari ini kita memikirkan tentang bagaimana caranya mencapai sasaran yang telah kita tetapkan, besok kita juga memikirkan sasaran itu, lusa kita juga memikirkan sasaran itu lagi, dan terus menerus memikirkan bagaimana mencapai sasaran itu, maka ini suatu saat akan muncul suatu solusi yang kita butuhkan, dari situ muncullah suatu tindakan. Jika kita sudah bertindak dan terus bertindak untuk mencapai sasaran itu, maka akhirnya kita mempunyai kebiasaan untuk bertindak. Dan inilah yang menentukan tercapainya sasaran itu.
Dari kebiasaan kita bertindak inilah, maka akhirnya kita akan membangun suatu karekter tertentu, misalkan kita akan memiliki karakter sebagai orang yang tangguh atau ulet dalam bekerja.
Jika kita telah membangun karakter sebagai orang yang tangguh dan ulet ini, maka dalam bekerja di mana saja, kita akan tetap melakukan pekerjaan itu secara ulet dan tangguh menghadapi setiap rintangan.
Kalau kita memiliki karakter yang baik, misalkan bersemangat, sabar, tekun dan ulet, maka karakter ini akan menuntun kita pada jalan keberhasilan; jika sebaliknya misalkan karakter yang lemah, kurang semangat, malas, suka menunda-nunda, pesimis, tentu karakter ini akan membimbing kita pada jalan ketidak-berhasilan.

Kebiasaan bisa di ubah

Setiap kebiasaan bisa di ubah, sebab kebiasaan itu adalah bentukan dari kita sendiri, dengan demikian kita juga pasti bisa mengubah kebiasaan itu.
Cara mengubah kebiasaan itu yaitu :

1.      Kesadaran diri
Kita harus menyadari kebiasaan-kebiasaan kita sendiri, dengan menyadari kita akan mengetahui apakah kebiasaan-kebiasaan kita itu baik atau buruk.
Jika kita mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan itu buruk dan tidak bermanfaat. Hentikan kebiasaan itu.

2.      Memilih kebiasaan baru
Dengan kesadaran yang anda miliki, tetapkan suatu kebiasaan baru yang anda inginkan, misalkan kalau sebelumnya anda suka malas, tetapkan dan berkomitmen untuk menjadi orang yang lebih disiplin dan aktif melakukan pekerjaan anda. Pilihlah kebiasaan yang baik sesuai dengan sifat – sifat diri anda.

3.      Memprogram Ulang Pikiran
Agar kebiasaan yang baru itu terbentuk, anda perlu melakukan pemrograman ulang pada pikiran anda, pikirkan kebiasaan-kebiasaan baik itu, bayangkan bila seandainya anda sudah menjadi orang yang mempunyai kebiasaan baik itu, seperti apa rasanya ? saat anda membayangkan, anda akan bisa merasakan kegembiaraannya. Rasa gembira ini harus muncul di hati anda.

4.      Mempraktekkan
Apa yang telah anda pilih, misalkan anda memilih untuk menjadi rajin, lakukan itu sekarang juga. lakukan lagi esok hari dan seterusnya. Sampai pada akhirnya ini menjadi sebuah kebiasaan baru bagi diri anda.

Memang untuk mengubah kebiasaan itu tidaklah mudah, apalagi mengubah kebiasaan buruk menjadi lebih baik, sangat sulit sekali, membutuhkan tekad dan kemauan keras. Contohnya untuk menghentikan kebiasaan merokok saja sangat sulit sekali. Apa lagi kebiasaan-kebiasaan yang telah terbentuk sejak kita kecil, ini akan jauh lebih sulit lagi.
Tetapi, jangan menyerah, semua itu bisa di lakukan. Tekad dan kemauan yang kuat pasti bisa mengubah keadaan.
Dengan keberhasilan mengubah kebiasaan buruk menjadi baik, kita akan banyak mendapatkan manfaatnya.

Jumat, 11 Maret 2011

Berpikir Netral

Sudah sejak kecil kita di ajari dan di biasakan oleh orang tua kita untuk menanggapi setiap pengalaman atau kejadian ( realitas ) dengan dua arti ( makna ), yaitu pengalaman yang “ baik dan buruk “ ; “ enak atau tidak enak “ ; “ menyenangkan atau tidak menyenangkan “; “ menang atau kalah “; “ cantik atau jelek “ dan lain sebagainya. Sebagai contoh, ketika kecil, kita di beri secangkir es krim oleh orang tua kita, lalu saat kita makan es krim tersebut, orang tua kita bertanya : gimana es krim nya enak atau tidak enak ? suka atau tidak suka ?. Pertanyaan yang di ajukan oleh orang tua kita ini, sebetulnya membimbing kita untuk memberikan arti atau makna atas pengalaman makan es krim tersebut. Tidak hanya pengalaman ini saja, pengalaman-pengalaman lain juga demikian. Karena kita terus di latih untuk memberikan suatu makna atas setiap pengalaman, maka kita menjadi terbiasa memberikan makna atas setiap pengalaman yang kita alami. Dan kebiasaan ini terbawa terus hingga kita dewasa.
Cara memberikan makna atas setiap kejadian atau pengalaman ini di kenal dengan Labelling, yaitu kita melabel setiap pengalaman dengan sebuah arti tertentu. Karena kita hanya memberikan label dengan dua arti saja – baik dan buruk; suka dan tidak suka; enak dan tidak enak – pada setiap pengalaman atau kejadian, maka cara berpikir ini kita kenal dengan sebutan berpikir secara dualistis.



Berpikir secara dualitas ini tidak salah, dia memiliki kebaikannya sendiri, terutama untuk melindungi kita dari bahaya.
Namun berpikir secara dualitas ini juga mempunyai kelemahan, dimana ketika kita mengandalkan baik dan buruk saja dalam menanggapi pengalaman yang melintas di hadapan kita, maka kita akan kehilangan pandangan jernih dalam melihat pengalaman itu secara utuh. Kita akan cenderung mudah  keliru dalam melihat. Dan bisa saja keliru dalam memberikan respons.

Peranan Perasaan

Pada saat kita berpikir dualistis pada setiap pengalaman yang kita jumpai, tentu akan melibatkan perasaan kita. Dan ketika pikiran di perkuat oleh perasaan maka akan timbul suatu tindakan tertentu sebagai respons nya. Sebagai contoh, ketika anda berjumpa dengan seorang yang sangat sederhana penampilannya, mungkin anda berasumsi bahwa orang itu kurang baik – tidak kaya, tidak intelek, dll  dan perasaan anda kurang nyaman berdekatan dengan orang itu, lalu anda pasti menghindar atau menjauh dari orang itu. Tetapi apakah anda mengetahui fakta yang sebenarnya tentang orang itu. Nah, dsini kita bisa membuat kesalahan dalam memandang dan memberikan respons. Ini lah kelemahan dari berpikir secara dualistis.

Apa Berpikir Netral itu ?

Berpikir netral adalah cara kita melihat, mendengarkan ataupun merasakan sesuatu pengalaman atau kejadian secara apa adanya, tanpa memberikan opini terhadap pengalaman itu ataupun melibatkan perasaan. Kita hanya melihat, mendengarkan atau mengalami saja. Hanya ini.
Sebagai contoh, misalkan anda sedang berjumpa dengan atasan anda, saat anda menyampaikan sesuatu kepada atasan tersebut, dia tiba-tiba marah kepada anda. Bila anda mengalami kejadian seperti ini apa yang terpikir oleh anda ? Bila anda berpikir bahwa atasan saya ini nampaknya tidak senang dengan saya, ini adalah pemikiran yang tidak netral. Anda telah memasukan opini dan perasaan anda kedalam pengalaman itu. Dan tentunya anda bisa salah memberikan respons kepadanya.
Fakta yang sebenarnya anda belum ketahui, bisa saja dia sedang jengkel kepada anak-anaknya di rumah dan terbawa emosi itu sampai ke kantor.
Jadi jangan terburu-buru mengambil suatu kesimpulan, dan adalah lebih bijaksana bila anda dengarkan kemarahan dia, lalu amati apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada dirinya. Bila anda melakukan ini, anda akan terbebas dari perasaan negatif seperti jengkel dan ikut-ikutan marah. Dan yang pasti anda sudah berpikiran netral dalam hal ini.

Pengalaman Bersifat Netral

Setiap pengalaman bersifat netral, tidak mempunyai makna kecuali anda sendiri yang memberikan makna terhadap pengalaman itu.
Oleh karena itu bila anda mengalami suatu kejadian atau pengalaman, jangan buru-buru mengambil kesimpulan dengan memberikan label “ baik atau buruk; suka atau tidak suka; enak atau tidak enak “ dan kemudian begitu cepat menolak atau menerimanya. Jika hal ini yang anda lakukan, sebetulnya anda rentan untuk membuat suatu kesalahan. Tetapi, amati dengan seksama, cermat dan mendalam. Pelajari apa yang anda lihat, dengar dan rasakan itu. Setelah semuanya jelas ambilah pilihan yang tepat dan kemudian sampaikan respons itu.

Berpikir Netral perlu di latih

Kemampuan untuk berpikir netral tidak mungkin bisa di rubah hanya dalam semalam saja, karena kebiasaan berpikir dualistis itu telah di tanamkan sejak kita kecil, oleh karena itu untuk merubahnya di butuhkan waktu yang cukup lama, di latih secara terus-menerus, di praktekan dan di mantapkan.
Pada awalnya untuk berubah itu, kita akan mengalami rasa sakit, ketidak pastian, lupa dan kemalasan. Keempat kesulitan inilah yang biasaya membuat orang tidak sukses mengubah cara berpikirnya. Namun bila anda membayangkan manfaat besar yang bisa anda dapatkan, tentu anda akan melakukannya dengan sungguh-sungguh, disiplin dan pantang menyerah.

Manfaat Berpikir Netral

Jika kita bisa menjaga kenetralan atau senantiasa berpikir netral terhadap setiap pengalaman, maka kita akan mendapatkan manfaat-manfaat besar seperti berikut ini :

1.      Kita akan mampu melihat pengalaman atau kejadian itu secara mendalam, jelas dan utuh.
2.      Kita bisa memberikan respons yang lebih tepat dan lebih baik atas pengalaman itu.
3.      Kita akan terbebas dari perasaan negatif yang merugikan diri sendiri.
4.      Kita akan lebih bijaksana dalam menanggapi setiap pengalaman.

Pembaca yang budiman, jika anda ingin sukses dan bahagia dalam hidup anda, kembangkan cara berpikir yang netral ini, dan praktekkan dalam aktivitas anda sehari-hari. Karena untuk meraih sukses dan bahagia anda sangat membutuhkan cara pandang yang jernih, jelas dan utuh dalam melihat setiap kejadian, dan serta bisa membebaskan anda dari perasaan-perasaan negatif yang mungkin timbul atas pengalaman dan kejadian yang sedang anda hadapi.

Citra Diri Pemimpin

Perkembangan suatu organisasi, apakah baik atau buruk, tergantung pada pemimpinnya. Organisasi itu akan menjadi baik, jika di pimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki citra diri yang baik. Sebaliknya jika pemimpinnya memiliki citra diri yang buruk, tentu bawahannya akan mengikutinya, dan pada akhirnya organisasi itu juga akan menampilkan citra diri perusahaan yang buruk pula.



Mengingat bahwa image perusahaan itu sangat penting bagi pertumbuhan perusahaan, maka untuk mencapai hal ini, tentunya perusahaan tersebut harus memiliki seorang pemimpin yang mempunyai citra yang postif.
Sebagai contoh, jika seorang pemimpin pada suatu perusahaan memiliki Integritas yang baik, sudah pasti dia akan mendapatkan kepercayaan dari para bawahannya. Bila pemimpin perusahaan memiliki hati seorang pelayan – memiliki rasa kasih sayang – tentu para bawahannya akan berkomitmen untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
Bila pemimpin perusahaan mengurus perusahaan dengan serius dan penuh tanggung jawab, pasti para bawahannya akan menunjukkan loyalitas yang begitu besar pada perusahaan.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa apapun yang di lakukan oleh bawahan kita, sebetulnya merupakan cerminan dari apa yang kita lakukan. Kita tahu bahwa seorang pemimpin adalah sebuah figur panutan, jika figur ini positif, tentu bawahan itu mengikutinya.

Pemimpin Yang Efektif

Perusahaan akan berkembang dengan baik, jika perusahaan itu di urus oleh seorang pemimpin yang memiliki citra diri yang positif. Jika tidak, maka perusahaan itu akan keluar dari rel dan hancur. Sebab jika seorang pemimpin yang tidak memiliki Kejernihan dalam Berpikir, maka dia bisa membimbing perusahaan itu memasuki kesulitan dan terjebak kedalam berbagai macam masalah. Oleh karena itu untuk menjadi pemimpin yang efektif, dia harus tahu akan kebenaran ( prinsip ) dan berjalan pada kebenaran.
Prinsip-prinsip ini harus menyatu dengan dirinya, dan menjadi Jiwa pemimpin itu. Jika jiwa pemimpin itu di penuhi dengan prinsip-prinsip kebenaran, maka dia akan mengarahkan perusahaan itu pada arah yang benar.                                                                                                                                    

Membangun Citra Diri Positif

Di atas telah saya sampaikan bahwa menjadi pemimpin yang efektif haruslah memiliki citra diri yang positif. Citra ini tidak muncul dengan sendirinya atau kebetulan, tetapi melalui suatu proses pembentukan dan pengembangan yang terus menerus.
Citra ini terdiri dari dua bagian, lihat gambar di atas, pertama adalah penampilan yang umum di kenal dengan body image dan yang kedua adalah self-image atau karakter. Keduanya ini harus selaras, maksudnya sebagai seorang pemimpin tidak hanya positif dalam hal penampilan, tetapi yang jauh lebih penting adalah positif dalam hal karakter.

1.      Body Image / Penampilan

Memiliki tubuh yang sehat; berpakaian yang rapi, bersih dan sopan; assesories, tata rias rambut dan wajah yang baik; nampak ceria dan bersemangat.

2.      Self-Image / Karakter

Memiliki karakter yang baik seperti :
A.     Integritas
B.     Kasih sayang
C.    Tanggung jawab
D.    Rasa percaya diri
E.     Sabar
F.     Disiplin
G.    Mampu mengendalikan diri

Karakter seperti ini tidak muncul secara kebetulan, dia harus di bentuk dan di kembangkan. Oleh karena itu, bila kita ingin menjadi seorang pemimpin yang memiliki citra diri dengan karakter seperti ini, kita harus terus-menerus meluangkan waktu untuk membentuk, mengembangkan dan mempraktekan dalam aktivitas sehari-hari.

Karakter lebih penting dari pada penampilan. Karakter inilah jiwa kita. Sukses tidaknya seseorang dalam memimpin perusahaan, sangat di pengaruhi oleh karakter ini. Mengapa ?
Saat kita memimpin perusahaan, kita akan berkomunikasi dengan para bawahan kita, dan juga dengan orang-orang di luar perusahaan, seperti para relasi dan customers. Respons-respons yang datang dari para bawahan ataupun para relasi akan mencerminkan sebarapa efektif kita memimpin perusahaan itu. Jika lebih banyak respons negatif yang kita dapatkan, tentu kita kurang efektif dalam memimpin. Dan mengapa respons negatif itu muncul ? ini adalah reaksi dari citra diri kita sendiri.
Pembaca yang budian, jika anda ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, tidak ada jalan lain kecuali anda harus membentuk dan mengembangkan citra diri positif yang berlandaskan pada kebenaran atau prinsip. Sebab Citra Diri Positif adalah Landasan atau Pondasi bagi keberhasilan anda.