Kamis, 27 Mei 2010

Belajar dari sebuah Sumur

Ketika saya masih kecil saya sering menimba air dari sumur yang terdapat di rumah kakek saya. Saya perhatikan air yang ada di dalam sumur itu, setiap hari saya menimba air itu, namun air di dalam sumur itu tidak pernah habis.
Anehnya kalau dalam satu hari saja saya tidak menimba air, ketinggian air yang ada di dalam sumur itu juga tidak meningkat. Tetap saja sebegitu.
Secara logika, kalau air di dalam sumur itu terus-menerus di timba tentu suatu saat akan berkurang, demikian sebaliknya bila air itu tidak di timba seharusnya ketinggian air itu meningkat, tetapi ini tidak terjadi – aneh bukan ? inilah hukum alam, dimana di dalam semesta terdapat misteri, dan juga semesta ini bertujuan untuk selalu memberi.
Sesungguhnya kehidupan kita juga sama dan serupa dengan sumur ini, sebab kita adalah bagian dari alam semesta ini.
Tujuan alam semesta adalah untuk memberi, demikian juga kehadiran kita di muka bumi ini juga untuk memberi.
Pada umumnya orang berpikir bahwa kalau dia memberi, apa yang dimilikinya pasti akan kekurangan, namun kalau kita mau belajar dari sumur ini, semakin banyak dia memberi, akan semakin banyak air yang mengalir kepadanya. Jadi tidak perlu ragu lagi untuk memberi, karena apa yang di berikan akan kembali lagi kepada si pemberi.
Dalam hal memberi tidak seharusnya dalam bentuk uang atau materi saja, kita bisa memberi apa saja yang kita miliki. Menolong atau membantu orang lain sebetulnya juga merupakan tindakan memberi dan sebagai pedoman nya berikan sesuai dengan Kemampuan dan Keterampilan yang anda miliki. Sebagai contoh anda memiliki kemampuan dan keterampilan bahasa inggris, ajarkan keterampilan ini kepada orang lain yang membutuhkan, dengan demikian anda sudah memberikan apa yang anda milik. Ketika anda mengajarkan keterampilan ini, maka dengan sendirinya kemampuan dan keterampilan anda akan semakin meningkat.
Yang perlu kita perhatikan adalah janganlah memberi karena terpaksa, jangalah memberi karena ingin di puji orang lain, janganlah memberi untuk menunjukkan bahwa anda orang yang kaya dan janganlah memberi hanya karena kebiasaan. Kalau ini yang anda lakukan, sebetulnya pemberian anda tidaklah ikhlas.
Sikap mental menteri seharusnya berlandaskan pada rasa belas kasih kepada orang lain, bukan karena mengharapkan sesuatu dari orang lain.
Sebaiknya anda memberi karena anda menginginkan orang lain yang anda beri bisa bahagia, bisa hidup lebih baik dan lebih layak.
Intinya, Pemberian itu memang seharusnya bisa meningkatkan kualitas hidup bagi orang yang menerimanya.
Pada jaman yang serba materialistik ini, segala sesuatu yang di berikan tentu mempunyai tujuan untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain, jadi memang agak sulit untuk memberi tanpa pamrih. Namun begitu bila kita tidak mencobanya, kita tidak akan tahu bahwa diri kita bisa memberi tanpa harus mengharapkan sesuatu ( pamrih ).
Dengan mengembangkan sikap mental memberi yang murni, saya yakin setiap orang bisa melakukan ini. Sekarang pilihannya terserah kepada anda.
Sedangkan manfaat langsung yang bisa anda rasakan ketika anda memberi adalah perasaan puas – kepuasan batin, dan inilah sebetulnya kebahagiaan pada tingkat yang tinggi.

Salam Bahagia dan Sejahtera.

Pelatih dan Konsultan Citra Diri Sukses.
Email : Soe_hartono@hotmail.com
HP : 0813-64808061 or 0857-65364838
Blog : www.soegiantohartono.blogspot.com

1 komentar: